Dinsdag 13 Januarie 2015

Aplikasi Ilmu Kimia Dibidang Teknik NUklir

Perkembangan teknologi di Dunia saat ini sangat canggih dan modern, tetapi di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat masih kurang untuk system teknologinya contohnya pada bidang energy. Di Negara – Negara lain sudah banyak menggunakan konsep energy nuklir yang bisa membuat Negara tersebut maju dalam beberapa bidang. Memang energy nuklir saat ini banyak diperbincangkan oleh beberapa Negara maju lainnya seperti dampak negative dan positifnya.
Teori 1.
Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang tersusun atas dua buah partikel fundamental, yaitu proton dan neutron. Di dalam inti atom terdapat tiga buah interaksi fundamental yang berperan penting, yaitu gaya nuklir kuat dan gaya elektromagnetik serta pada jangka waktu yang panjang terdapat gaya nuklir lemah. Gaya nuklir kuat merupakan interaksi antara partikel quark dan gluon yang dibahas dalam teori quantum chromodynamics (QCD) sedangkan gaya nuklir lemah adalah interaksi yang terjadi dalam skala inti atom seperti peluruhan beta yang dibahas dalam elecrowea.
Teori 2.
Energi nuklir dihasilkan di dalam inti atom melalui dua buah jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi. Reaksi fusi adalah suatu reaksi yang menggabungkan beberapa partikel atomik menjadi sebuah partikel atomik yang lebih berat. Reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang sangat besar seperti yang terjadi pada bintang. Salah satu reaksi contoh reaksi fusi adalah penggabungan partikel deuterium (D atau 2H) dan tritium (T atau 3H). Langkah pertama, deuterium dan tritium dipercepat dengan arah yang saling mendekati pada suhu termonuklir. Penggabungan antara dua buah partikel tersebut membentuk helium-5 (5He) yang tidak stabil sehingga mengakibatkan peluruhan. Dalam proses peluruhan ini, sebuah neutron dan partikel helium-4 (4He) terhambur disertai dengan energi yang sangat besar, yaitu 14,1 MeV untuk penghamburan neutron dan 3,5 MeV untuk penghamburan helium-4. Sampai saat ini, reaksi fusi belum dapat dirancang oleh manusia karena membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan pemanfaatan reaksi fusi sebagai sumber energi listrik belum dapat direalisasikan.
Contoh dalam suatu energy nuklir banyak terkandung energi yang dihasilkan dari reaktor nuklir berasal dari reaksi nuklir neutron + uranium-235 fisi. Satuan energi yang dihasilkan dalam kedua reaksi diatas biasanya menggunakan eV1 . Dari setiap atom karbon (C) yang dibakar dengan reaksi kimia diatas maka akan 11 eV = 1.6 x 10-19 Joule = 3.8 x 10-20 kalori. Reaksi Nuklir dihasilkan energi 4.0 eV, sedangkan untuk setiap atom uranium yang mengalami reaksi nuklir fisi diperoleh energi 200 juta eV, atau 200 MeV. Sehingga energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir sekitar 50 juta kali lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan dari reaksi kimia.
Perbedaan dalam hal produk sampingan atau sampah dari reaksi nuklir dan reaksi kimia juga cukup dramatis. Sampah yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir memang memiliki radiotoksisitas yang lebih besar dari sebagian besar produk sampingan pembangkit listrik tenaga batubara. Namun level radiotoksisitas tersebut perlu juga memperhatikan kuantitas yang dihasilkan dimana reaktor nuklir menghasilkan kuantitas yang jauh lebih sedikit. Pada reaktor nuklir, dengan mengaplikasikan teknologi proses-ulang dimana sebagian bahan bakar bisa kembali diolah menjadi bahan bakar, maka jumlah sampah dengan radioaktivitas tinggi dari pembangkit daya 1000 MW(e) akan sekitar 10 ton pertahun. Sedangkan pada kasus batubara, 5% atau lebih dari batubara yang dibakar akan menjadi debu yang harus. Reaksi Nuklir dipindahkan dan ditampung pada lahan tertentu. Jumlah debu yang dihasilkan sekitar lima gerbong kereta berkapasitas 100 ton per hari. Ditambah lagi adanya sekitar 100 ton sulfur dioksida, merkuri, dan timbal serta lainnya yang perlu penanganan khusus agar tidak terbuang ke lingkungan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengaruh lingkungan terbesar dari pembakaran batubara. Yaitu efek pemanasan global yang disebabkan oleh ribuan ton CO2 yang dilepaskan ke atmosfer setiap hari oleh pembangkit listrik tenaga batu bara. Sedangkan reaktor nuklir tidak menghasilkan CO2 dalam proses pembangkitan energinya.
Dasar reaksi nuklir, selanjutnya kita akan pelajari model inti atom dan beberapa hal mendasar terkait reaksi nuklir. Pemahaman ini cukup untuk menjadi bekal awal memahami aspek fisika reaktor nuklir, dan saat kita tidak perlu membahas konsep fisika inti secara mendalam. Model standar dari atom digambarkan dengan adanya inti atom dengan kerapatan massa yang tinggi dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif yang bergerak pada orbitnya. Dibandingkan dengan ukuran atom dengan diameter 10-8 cm, inti atom memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu pada orde 10-12 cm. Kita dapat modelkan inti atom terdiri dari sejumlah N neutron dan Z proton. Neutron dan proton keduanya disebut nukleon yaitu partikel penyusun inti atom. Sehingga inti atom memiliki N+Z nukleon. Jumlah proton, Z, disebut nomor atom dan menentukan sifat kimia atom tersebut, sedangkan N+Z disebut berat atom atau nomor massa. Inti atom dengan nomor atom yang sama namun berbeda nomor massa karena perbedaan jumlah neutron disebut sebagai isotop dari satu elemen kimia atau atom yang sama. Kita akan menggunakan notasi inti atom dengan dimana X adalah symbol yang digunakan pada tabel periodik untuk menunjukkan elemen kimia atau atom tertentu.
Persamaan reaksi diatas belum dapat menginformasikan kepada kita berapa probabilitas terjadinya reaksi tersebut ataupun apakah reakdi tersebut bersifat eksotermik atau endotermik. Namun persamaan reaksi nuklir diatas mengilustrasikan dua kekekalan yang harus dipenuhi yaitu kekekalan muatan (Z) dan kekekalan jumlah nukleon (N+Z). Kekekalan muatan dipenuhi dengan jumlah Z (jumlah proton) antara. Reaksi Nuklir kedua sisi persamaan harus sama, pada kasus diatas 2+3 = 4+1. Kekekalan jumlah nukleon dipenuhi dengan jumlah indeks atas (N+Z) yang sama, pada kasus diatas 4+6 = 9+1. Reaksi nuklir pada umumnya terjadi dalam dua tahap. Pertama terbentuk inti gabungan dari kedua partikel yang bereaksi, namun inti gabungan ini tidak stabil karena memiliki energi berlebih, sehingga akan mengeluarkan energi berlebihnya. Energi berlebih tersebut dikeluarkan dengan cara meluruh kembali menjadi dua atau beberapa partikel. Misalnya untuk kasus reaksi Helium dan Lithium diatas, reaksi lebih detail adalah sebagai berikut. Dimana inti gabungan pada reaksi diatas adalah inti Boron. Waktu yang diperlukan inti gabungan untuk meluruh kembali umumnya sangat cepat, khususnya pada reaksi-reaksi nuklir yang akan kita pelajari dapat diasumsikan bahwa inti gabungan meluruh secara seketika sehingga tidak bermasalah untuk menuliskan persamaan reaksi tanpa tahap pembentukan inti gabungan. Kasus lain, misalnya bila inti nuklida yang terbentuk tidak stabil namun meluruh dalam waktu yang lama, maka persamaan reaksi perlu ditulis dalam dua persamaan reaksi berbeda tidak digabungkan. Misalnya, ketika neutron ditangkap oleh Indium yang kemudian memancarkan sinar gamma sebagai berikut. Sinar gamma tidak memiliki massa maupun muatan, sehingga memiliki nilai Z dan N+Z nol. Indium-117 bukanlah inti yang stabil namun mengalami peluruhan radioaktif menjadi timah (Sn) dan memancarkan elektron serta sinar gamma sebagai berikut. Reaksi nuklir tidak terjadi secara seketika tapi setelah rentang waktu tertentu. Elektron memiliki notasi dengan muatan -1 karena memiliki muatan yang berlawanan dengan proton dan massa elektron nol karena massanya sekitar dua ribu kali lebih kecil dari massa proton atau neutron. Munculnya elektron yang terpancar dari inti atom dapat dipandang sebagai hasil dari perubahan neutron pada inti atom menjadi proton dan sebuah elektron.
Waktu yang diperlukan untuk terjadinya reaksi peluruhan seperti ditunjukkan oleh parameter yang disebut waktu paruh, dengan notasi t1/2. Waktu paruh, t1/2, adalah waktu yang diperlukan sehingga populasi inti menjadi setegah dari populasi awal karena setengahnya meluruh. Dalam waktu t1/2 populasi inti akan 1/2 populasi awal karena 1/2 nya telah meluruh Dalam waktu 2 t1/2 populasi inti akan ¼. Reaksi Nuklir populasi awal karena 3/4 nya telah meluruh, dalam waktu 3 t1/2 populasi inti akan menjadi 1/8 populasi awal karena 7/8 nya telah meluruh, dan seterusnya. Pada kasus diatas waktu paruh dari Indium-117 adalah 54 menit. Waktu paruh tiap nuklida berbeda-beda mulai dari orde dibawah satu detik, hingga menit, jam, hari dan ratusan tahun. Misalnya reaksi berikut. Dengan waktu paruh t1/2 = 2.45 x 105 tahun. Kita akan kembali mempelajari konsep waktu paruh dan peluruhan radioaktif secara kuantitatif di bagian selanjutnya.
Sinar gamma seringkali tidak disertakan dalam persamaan reaksi karena tidak memiliki massa maupun muatan sehingga tidak berpengaruh terhadap kesetimbangan massa dan muatan. Namun, sinar gamma menjadi penting terkait dengan hokum kekekalan energi yang akan kita pelajari selanjutnya. Peran dari sinar gamma dapat digambarkan dalam fenomena berikut. Setelah mengalami reaksi tumbukan, peluruhan, atau reaksi lainnya, inti atom umumnya berada dalam keadaan tereksitasi. Kemudian inti atom ini kembali ke keadaan non-eksitasi dengan melepaskan energi dalam bentuk satu atau beberapa sinar gamma atau foton. Sinar gamma yang dipancarkan inti atom tereksitasi ini memiliki energi beragam bergantung kepada keadaan energi kuantum dari inti atom tersebut.Fenomena yang terjadi pada inti atom ini dapat dianalogikan dengan apa yang terjadi pada level atom ketika elektron orbital yang berada dalam kondisi tereksitasi turun ke keadaan dasar (non eksitasi) dengan memancarkan sinar gamma atau foton. Dalam pembicaraan inti atom biasa digunakan istilah sinar gamma, sedangkan foton lebih sering digunakan dalam level atom meskipun keduanya adalah sama. Hanya saja orde energi dari sinar gamma atau foton yang dipancarkan dari inti atom sekitar satu juta kali lebih besar (orde MeV) dibandingkan energi dari sinar gamma yang dipancarkan oleh elektron orbital (orde eV).
Satu lagi radiasi nuklir yang belum kita bicarakan adalah neutrino. Neutrino muncul bersamaan dengan dipancarkannya elektron dari inti atom dan membawa sebagian dari energi reaksi. Karena neutrino, sejauh yang bisa kita amati, tidak berinteraksi dengan bahan maka energi reaksi yang dibawa oleh neutrino secara praktis dianggap hilang. Itulah energy nuklir yang selama ini banyak diperbincangkan oleh kalangan Negara – Negara maju di dunia, yang banyak menimbulkan perdebatan dan pertikaian/konflik yang terjadi saat ini.
















DARTAR PUSTAKA
1.      BELA J. CSIK AND JUERGEN KUPITZ, 'Nuclear Power Applications : Suppliying Heat For Homes and Industries', IAEA Bulletin, Vol 39, February, 1997.
2.      K. HADA, et.al, 'JAERI design for HTTR-steam reforming system', The 3rd JAERI Symposium on HTGR Technologies, Japan 15-16 February 1996.

3.      NUCLEAR HEAT APPLICATION, Proceeding of a Technical Committee Meeting and Workshop on Nuclear Heat Application, IAEA, VIENNA, 1984.